Arti dan Asal Lawakan 'Buwung Puyuh' dalam Bahasa Gaul di Media Sosial
Apa arti dan asal kata 'burung puyuh' atau 'buwung puyuh' dalam bahasa gaul, meme, lagi viral? Ini dia jawaban lengkapnya!
Dua kata ini cukup ramai digunakan sebagai lelucon oleh warganet Indonesia di berbagai media sosial seperti Twitter, Instagram, dan TikTok belakangan ini. Mereka terkadang menyebutnya dengan "buwung puyuh", "buyung puyuh", atau "buwong puyoh" dalam sebuah tulisan.
"Buwung" atau "buwong" artinya adalah burung. Dan "puyoh" adalah puyuh. Jika keduanya digabungkan menjadi "burung puyuh". Dalam bahasa gaul, burung puyuh ini pengartianya bisa menjadi "burung" lain yang bisa berkonotasi positif atau negatif sesuai dengan konteks penggunaanya.
Asal mulanya fenomena ini dari video seorang peserta nomer 1075 dalam ajang kompetisi Raja Lawak Astro, Malaysia pada tahun 2008. Intinya, dia membawakan lawakan garing tentang burung puyuh yang diulang-ulang sambil menatap dan menunjuk ke atap langit-langit.
Buwung apa tu man? Buwung puyuh.
Tentu saja saat saya pertama kali mengetahui hal seperti ini bisa menjadi viral membuat saya mengernyitkan dahi, tepok jidat, dan cenderung meremehkannya. Saya malah tertawa sama komentar juri yang mengatakan, "satu percubaan yang mantap, mantap." Dan menyuruhnya untuk banyak belajar tentang burung lagi. Wkwk 🤣
Saya pun juga bertanya-tanya, "kok bisa-bisanya lelucon garing dan jadul dari orang Malaysia ini bisa menjadi populer di Indonesia?" Sampai banyak yang bikin berbagai meme, mengomentari, dan memparodikan lawakan garingnya.
Entah selera warganet Indonesia yang terlalu rendah atau memang mereka yang terlampau kreatif. Saya cari tahu lebih dalam dong soal ini biar bisa melihat dari sisi yang lain. Akhirnya ketemulah jawabannya.
Nah usut punya usut, dia ternyata mendapatkan bahan lawakan itu dari sebuah iklan ucapan hari raya Idul Fitri bernama "Burung apa, Burung Murai" oleh Petronas yang sempat populer di Malaysia tahun 2007.
Dalam iklan tersebut menayangkan seorang bapak yang hendak diajak makan bareng oleh anaknya yang sudah berkeluarga. Sebelum beranjak, beliau menanyakan sambil menunjuk sesuatu, "burung apa tu nak? Sang anak pun menjawab, "burung Murai". Burung ape? Tanya ayahnya lagi. "Burung Murai, bah" Jawab anaknya dengan nada datar. Pertanyaan itu diajukan berulang kali sampai membuat anaknya merasa kesal.
Mengetahui itu, ayahnya tersenyum dan menunjukkan sebuah Diary yang ditulis oleh mendiang ibunya. Muncul kilas balik bahwa dia waktu kecil pernah menanyakan hal serupa untuk mendapatkan perhatian dari ayahnya. Berbeda dengan respon anaknya, ayahnya dengan sangat sabar menjawab pertanyaan berulang darinya.
Mulai teringat dengan kenangan masa kecil dan menyadari kesalahannya, si anak pun meminta maaf kepada ayahnya. Iklan pun diakhiri dengan ucapan selamat hari raya Idul Fitri.
Kembali ke orang yang membuat lawakan garing tersebut. Dia sebenarnya hanya berniat untuk mendapatkan perhatian juri dengan cara yang sama. Namun karena cara penyampaiannya dia sangat canggung, alhasil hanya membuat jurinya bingung, gagal paham, dan geleng-geleng kepala pada masa itu.
Dan sebenarnya lawakan buwung puyuh ini cukup cerdas jika dipikir-pikir lagi. Burung puyuh tidak pernah bisa terbang dalam waktu yang lama, ia lebih sering terlihat di permukaan tanah, oleh sebab itu hampir tidak mungkin untuk mencari dan melihatnya terbang di atas langit-langit.
Yah, dia memang tidak berhasil lolos audisi itu. Namun setelah beberapa tahun berselang, uniknya, usaha dia untuk menghibur banyak orang pun tercapai. Tidak hanya berhasil menghibur masyarakat di Malaysia, tapi juga Indonesia. Saya pun menyadari bahwa tingkahnya dan saking garing lawakannya itulah yang malah mengundang gelak tawa banyak orang di luar sana.
Oh iya, kalau kalian ingin tahu siapa nama peserta Raja Lawak burung puyuh ini, ada yang bilang namanya adalah Abdul Mansalafi. Silakan cek sendiri kebenarannya. Terima kasih sudah membaca.
"Buwung" atau "buwong" artinya adalah burung. Dan "puyoh" adalah puyuh. Jika keduanya digabungkan menjadi "burung puyuh". Dalam bahasa gaul, burung puyuh ini pengartianya bisa menjadi "burung" lain yang bisa berkonotasi positif atau negatif sesuai dengan konteks penggunaanya.
Asal mulanya fenomena ini dari video seorang peserta nomer 1075 dalam ajang kompetisi Raja Lawak Astro, Malaysia pada tahun 2008. Intinya, dia membawakan lawakan garing tentang burung puyuh yang diulang-ulang sambil menatap dan menunjuk ke atap langit-langit.
Buwung apa tu man? Buwung puyuh.
Tentu saja saat saya pertama kali mengetahui hal seperti ini bisa menjadi viral membuat saya mengernyitkan dahi, tepok jidat, dan cenderung meremehkannya. Saya malah tertawa sama komentar juri yang mengatakan, "satu percubaan yang mantap, mantap." Dan menyuruhnya untuk banyak belajar tentang burung lagi. Wkwk 🤣
Saya pun juga bertanya-tanya, "kok bisa-bisanya lelucon garing dan jadul dari orang Malaysia ini bisa menjadi populer di Indonesia?" Sampai banyak yang bikin berbagai meme, mengomentari, dan memparodikan lawakan garingnya.
Entah selera warganet Indonesia yang terlalu rendah atau memang mereka yang terlampau kreatif. Saya cari tahu lebih dalam dong soal ini biar bisa melihat dari sisi yang lain. Akhirnya ketemulah jawabannya.
Nah usut punya usut, dia ternyata mendapatkan bahan lawakan itu dari sebuah iklan ucapan hari raya Idul Fitri bernama "Burung apa, Burung Murai" oleh Petronas yang sempat populer di Malaysia tahun 2007.
Dalam iklan tersebut menayangkan seorang bapak yang hendak diajak makan bareng oleh anaknya yang sudah berkeluarga. Sebelum beranjak, beliau menanyakan sambil menunjuk sesuatu, "burung apa tu nak? Sang anak pun menjawab, "burung Murai". Burung ape? Tanya ayahnya lagi. "Burung Murai, bah" Jawab anaknya dengan nada datar. Pertanyaan itu diajukan berulang kali sampai membuat anaknya merasa kesal.
Mengetahui itu, ayahnya tersenyum dan menunjukkan sebuah Diary yang ditulis oleh mendiang ibunya. Muncul kilas balik bahwa dia waktu kecil pernah menanyakan hal serupa untuk mendapatkan perhatian dari ayahnya. Berbeda dengan respon anaknya, ayahnya dengan sangat sabar menjawab pertanyaan berulang darinya.
Mulai teringat dengan kenangan masa kecil dan menyadari kesalahannya, si anak pun meminta maaf kepada ayahnya. Iklan pun diakhiri dengan ucapan selamat hari raya Idul Fitri.
Kembali ke orang yang membuat lawakan garing tersebut. Dia sebenarnya hanya berniat untuk mendapatkan perhatian juri dengan cara yang sama. Namun karena cara penyampaiannya dia sangat canggung, alhasil hanya membuat jurinya bingung, gagal paham, dan geleng-geleng kepala pada masa itu.
Dan sebenarnya lawakan buwung puyuh ini cukup cerdas jika dipikir-pikir lagi. Burung puyuh tidak pernah bisa terbang dalam waktu yang lama, ia lebih sering terlihat di permukaan tanah, oleh sebab itu hampir tidak mungkin untuk mencari dan melihatnya terbang di atas langit-langit.
Yah, dia memang tidak berhasil lolos audisi itu. Namun setelah beberapa tahun berselang, uniknya, usaha dia untuk menghibur banyak orang pun tercapai. Tidak hanya berhasil menghibur masyarakat di Malaysia, tapi juga Indonesia. Saya pun menyadari bahwa tingkahnya dan saking garing lawakannya itulah yang malah mengundang gelak tawa banyak orang di luar sana.
Oh iya, kalau kalian ingin tahu siapa nama peserta Raja Lawak burung puyuh ini, ada yang bilang namanya adalah Abdul Mansalafi. Silakan cek sendiri kebenarannya. Terima kasih sudah membaca.